Banjir Rob Menggenangi Sejumlah Desa di Indramayu

Banjir Rob Menggenangi Sejumlah Desa di Indramayu

Banjir Rob Menggenangi – Banjir rob yang melanda sejumlah desa di Indramayu, Jawa Barat, dalam beberapa hari terakhir telah menyebabkan kawasan pesisir tergenang air. Desa-desa yang terdampak termasuk Desa Eretan Wetan, Eretan Kulon, dan Desa Kertawinangun, yang berada di Kecamatan Kandanghaur. Ketinggian air yang meluap bervariasi, namun pada saat Penjabat Gubernur Jawa Barat, Bey Machmudin, meninjau langsung dampak bencana ini di pesisir Eretan, ketinggian air tercatat masih sekitar 50 cm.

Banjir rob sendiri merupakan fenomena alam yang sudah sering terjadi di kawasan pesisir Indramayu. Biasanya, air pasang yang meluap hanya mencapai ketinggian 10-20 cm, dan surut dalam beberapa jam setelah pasang surut. Namun, dalam beberapa hari terakhir, ketinggian air yang terbilang lebih tinggi ini menyebabkan dampak yang lebih besar. Desa-desa yang terkena dampak semakin sulit diakses, dan beberapa rumah serta lahan pertanian mengalami kerusakan akibat genangan air yang terus menerus.

Banjir rob yang terjadi kali ini menunjukkan betapa pentingnya perhatian terhadap potensi bencana yang semakin meningkat akibat perubahan iklim dan abrasi pesisir yang semakin parah. Dengan kondisi tersebut, pemerintah setempat dan pihak terkait mulai mempertimbangkan langkah-langkah mitigasi yang lebih efektif untuk melindungi warga yang terdampak, termasuk dengan rencana relokasi.

Upaya Penanggulangan Banjir Rob di Indramayu: Normalisasi Sungai, Tanggul, dan Relokasi Penduduk

Menanggapi dampak banjir rob yang sering melanda kawasan pesisir Indramayu, Penjabat Gubernur Jawa Barat, Bey Machmudin, mengungkapkan langkah-langkah strategis yang akan diupayakan oleh pemerintah. Dalam peninjauannya terkait dampak banjir rob di Desa Eretan Kulon, Indramayu, serta revitalisasi Tempat Pelelangan Ikan (TPI) setempat, Bey menekankan bahwa penanganan bencana ini membutuhkan kolaborasi antara berbagai pemangku kebijakan, mulai dari tingkat pusat, provinsi, hingga kabupaten.

Bey menjelaskan bahwa upaya pertama yang akan dilakukan adalah normalisasi sungai. Normalisasi ini bertujuan untuk memperlancar aliran air dan mengurangi potensi meluapnya air yang menyebabkan banjir rob. Selain itu, pembuatan tanggul di sepanjang pesisir menjadi langkah berikutnya yang akan diimplementasikan untuk menghalau air pasang yang berulang, serta melindungi pemukiman dan lahan pertanian dari kerusakan lebih lanjut.

Namun, langkah jangka panjang yang diutamakan adalah relokasi bertahap penduduk yang tinggal di wilayah rawan banjir rob. Relokasi ini dinilai perlu dilakukan untuk menghindari risiko bencana yang semakin parah di masa depan. “Banjir rob ini berulang, maka pertama akan diupayakan normalisasi sungai, kemudian pembuatan tanggul, serta relokasi penduduk secara bertahap,” ungkap Bey Machmudin.

Bey juga menekankan pentingnya penanganan yang bersifat terkoordinasi dan melibatkan semua pihak, mengingat fenomena banjir rob ini merupakan masalah yang berulang dan semakin mengancam kawasan pesisir Indramayu.

Penanggulangan Banjir Rob di Indramayu: Kerja Sama Antarpemerintah dan Relokasi Nelayan

Penjabat Gubernur Jawa Barat, Bey Machmudin, menegaskan pentingnya kerja sama antara pemerintah pusat, provinsi, dan kabupaten dalam menanggulangi masalah banjir rob yang terus berulang di pesisir Indramayu. “Ini harus bersama-sama pemerintah pusat, provinsi maupun kabupaten, dan ini tidak bisa cepat penanggulangannya. Kita akan tanggulangi secara bertahap,” ujar Bey dalam rilisnya.

Bey juga mengungkapkan kondisi banjir rob yang terus mengalami pasang-surut. “Tadi pagi surut, kemudian naik lagi,” tambahnya. Fenomena ini menunjukkan tantangan yang dihadapi dalam upaya penanggulangan bencana ini. Oleh karena itu, koordinasi lebih lanjut diperlukan dengan Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) untuk melaksanakan normalisasi sungai dan pembuatan tanggul. Bey menargetkan agar pembuatan tanggul dapat dilakukan pada tahun 2025 untuk mencegah dampak lebih parah dari banjir rob yang terus mengancam kawasan pesisir.

Selain itu, dalam upaya jangka panjang, pemerintah sudah menyiapkan lahan relokasi seluas 1,5 hektare di kawasan yang lebih aman dan jauh dari dampak banjir rob. Lahan tersebut dapat menampung sekitar 93 Kepala Keluarga (KK) dan akan digunakan untuk program nasional pembangunan perumahan bagi keluarga nelayan. Relokasi ini diharapkan dapat memberikan perlindungan dan kenyamanan bagi nelayan yang selama ini terdampak bencana rob.

Bey juga mengungkapkan bahwa selain relokasi, para nelayan yang terdampak banjir rob akan diberikan pelatihan usaha mikro dan UMKM untuk meningkatkan kesejahteraan mereka ke depannya. Pelatihan ini bertujuan untuk memperkuat ekonomi keluarga nelayan dan menciptakan peluang usaha baru yang lebih berkelanjutan.

Di kesempatan yang sama, beberapa nelayan menyampaikan aspirasi mereka, salah satunya adalah permintaan penambahan kuota BBM subsidi jenis solar. “Permintaan BBM subsidi nelayan tentu ini wajar. Saya akan koordinasi dengan Pertamina/BPH Migas. Semoga cepat diantisipasi, (penambahan kuota BBM subsidi jenis solar untuk nelayan) diusulkan ditambah,” kata Bey Machmudin, mengapresiasi permintaan tersebut.

 

 

Baca juga artikel kesehatan lainnya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *